Berikut adalah beberapa teknik yang umum digunakan untuk menghitung harga wajar suatu saham selain menggunakan Graham Number. Metode ini mencakup pendekatan fundamental yang memperhitungkan berbagai aspek seperti pendapatan, arus kas, pertumbuhan, dan nilai aset perusahaan:
1. Discounted Cash Flow (DCF)
- Teknik ini menghitung nilai intrinsik saham berdasarkan proyeksi arus kas masa depan yang didiskon dengan tingkat diskonto (discount rate) yang sesuai, biasanya weighted average cost of capital (WACC).
- Rumus dasar:
[
\text{Nilai Saham} = \frac{\text{FCF}{1}}{(1 + r)^1} + \frac{\text{FCF}{2}}{(1 + r)^2} + \cdots + \frac{\text{FCF}{n}}{(1 + r)^n}
]
Di mana:
( \text{FCF}{n} ) = Free Cash Flow (Arus Kas Bebas) di tahun ke-n
( r ) = Tingkat diskonto (WACC)
2. Price/Earnings (P/E) Ratio Valuation
- Menggunakan rasio P/E untuk menghitung harga saham wajar dengan mengalikan EPS perusahaan dengan rata-rata P/E industri atau P/E yang sesuai.
- Rumus dasar: [ \text{Harga Wajar} = \text{EPS} \times \text{P/E Ratio Industri} ]
- Cocok untuk menilai saham dalam industri dengan EPS stabil.
3. Price/Book (P/B) Ratio Valuation
- Menggunakan nilai buku per saham (book value per share) dan rasio P/B untuk menghitung harga wajar saham, terutama untuk perusahaan dalam sektor yang padat aset.
- Rumus dasar: [ \text{Harga Wajar} = \text{Book Value per Share} \times \text{P/B Ratio} ]
4. Dividend Discount Model (DDM)
- Menghitung nilai saham berdasarkan dividen yang diharapkan akan dibayarkan di masa depan dan tingkat diskonto yang digunakan untuk menilai arus dividen tersebut.
- Rumus dasar (model pertumbuhan Gordon):
[
\text{Nilai Saham} = \frac{D_1}{r - g}
]
Di mana:
( D_1 ) = Dividen yang diharapkan pada tahun depan
( r ) = Tingkat pengembalian yang diharapkan (discount rate)
( g ) = Tingkat pertumbuhan dividen
5. Enterprise Value (EV)/EBITDA Multiple Valuation
- Teknik ini menghitung harga wajar berdasarkan nilai perusahaan (Enterprise Value) yang diperkirakan dari EBITDA dan rasio EV/EBITDA yang lazim di industri.
- Rumus dasar: [ \text{Nilai Saham} = \frac{\text{EV}}{\text{EBITDA}} \times \text{EBITDA Perusahaan} - \text{Total Liabilities} + \text{Kas dan Setara Kas} ]
6. Price-to-Sales (P/S) Ratio Valuation
- Menggunakan rasio harga terhadap penjualan untuk menghitung harga saham berdasarkan penjualan perusahaan per saham dan P/S yang umum di industri.
- Rumus dasar: [ \text{Harga Wajar} = \text{Sales per Share} \times \text{P/S Ratio} ]
- Cocok untuk perusahaan dengan margin keuntungan yang rendah tapi volume penjualan tinggi.
7. PEG Ratio (Price/Earnings to Growth Ratio)
- Teknik ini memperbaiki kelemahan dari rasio P/E dengan memperhitungkan pertumbuhan laba perusahaan. PEG di bawah 1 sering dianggap undervalued.
- Rumus dasar: [ \text{PEG Ratio} = \frac{\text{P/E Ratio}}{\text{Tingkat Pertumbuhan Laba (EPS Growth)}} ]
8. Residual Income Model (RIM)
- Teknik ini menghitung nilai intrinsik dengan menghitung laba bersih yang tersisa setelah mengurangi biaya ekuitas (cost of equity).
- Rumus dasar:
[
\text{Nilai Saham} = \text{Equity Capital} + \sum_{t=1}^{\infty} \frac{\text{Residual Income}_t}{(1 + r)^t}
]
Di mana residual income dihitung sebagai:
[ \text{Residual Income} = \text{Net Income} - (r \times \text{Equity Capital}) ] ( r ) = Cost of Equity.
9. Replacement Cost Method
- Menghitung harga wajar saham berdasarkan biaya untuk mengganti semua aset perusahaan dengan yang baru. Ini lebih relevan untuk perusahaan yang aset fisiknya memainkan peran besar dalam operasi.
10. Sum-of-the-Parts (SOTP) Valuation
- Teknik ini menghitung nilai perusahaan dengan membagi bisnisnya ke dalam segmen-segmen yang berbeda, menilai masing-masing segmen secara terpisah (misalnya berdasarkan P/E, EV/EBITDA, dll.), lalu menjumlahkan semuanya untuk mendapatkan nilai total perusahaan.
- Cocok untuk perusahaan konglomerat atau bisnis dengan banyak segmen berbeda.
11. Earnings Power Value (EPV)
- Menghitung nilai intrinsik saham berdasarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba di masa depan tanpa memperhitungkan pertumbuhan.
- Rumus dasar: [ EPV = \frac{\text{Normalized Earnings}}{\text{Cost of Capital}} ]
12. Asset-based Valuation
- Teknik ini menghitung harga wajar saham berdasarkan nilai aset bersih perusahaan, baik itu aset tetap maupun aset tidak berwujud. Ini sering digunakan untuk perusahaan yang mengalami kesulitan keuangan atau likuidasi.
- Rumus dasar: [ \text{Nilai Saham} = \frac{\text{Aset Bersih (Net Asset Value)}}{\text{Jumlah Saham Beredar}} ]
13. Free Cash Flow to Equity (FCFE)
- Metode ini menghitung harga wajar saham berdasarkan arus kas bebas untuk pemegang saham (Free Cash Flow to Equity), setelah memperhitungkan utang dan kewajiban.
- Rumus dasar: [ \text{Nilai Saham} = \sum_{t=1}^{\infty} \frac{\text{FCFE}_t}{(1 + r)^t} ]
Kesimpulan:
Teknik valuasi saham yang berbeda dapat digunakan tergantung pada karakteristik perusahaan, industri, dan tujuan analisis. Teknik seperti DCF dan DDM lebih cocok untuk perusahaan yang memiliki proyeksi arus kas atau dividen yang stabil, sementara P/E atau EV/EBITDA lebih relevan untuk valuasi cepat berdasarkan data industri.